Social Icons

Sabtu, 15 Oktober 2011

Menikah, boleh juga tuh...

Hari yang cukup melelahkan, lelah fisik, lelah hati, dan lelah pikiran. Bagaimana tidak? Agenda-agenda dari amanah yang sedang diemban cukup untuk menghabiskan semua bahan bakar dari sarapan tadi pagi.. Tugas yang menjemukan namun harus tetap dikerjakan. Melihat hiruk pikuk kampus yang sudah mulai membuat hati pegal. Para pemuda dengan kata-kata kotornya yang melayang, nongkrong di sepanjang pemandangan jalan, asap mengepul seperti asap-asap kendaraan di kota metropolitan. Ditambah panasnya Surabaya yang sepertinya cukup untuk digunakan memasak telur di tengah jalan yang beraspal.

Tidur menjadi salah satu alternatif yang bisa dipilih untuk menenangkan hati dan pikiran. Setelah menghadapkan diri kepada sang Pencipta Alam. Memang obat mujarab sholat dan puisi-puisi terindah dalam Al-Qur'an. Aku teringat pada sebuah acara yang mungkin bisa menjadi refreshing untuk beberapa hari terakhir ini. Sekaligus mungkin bisa menjawab kegalauan dalam hati beberapa waktu yang lalu. Kajian dari Ustadz Salim A Fillah dengan tema khasnya "nikmatnya pacaran setelah menikah".

Tepat di waktu yang telah ditentukan panitia, setelah asistensi tugas besar kuliah, kaki ini melangkah ringan menuju sebuah gedung cukup megah, gedung pasca sarjana sebagai tempat untuk kajian tersebut. Terlambat sih, tapi tidak mengurangi semangat dalam mencari rahmat. Dari Ust.Salim A Fillah dikisahkan cerita-cerita luar biasa mengenai para pemuda yang bisa membuat waktunya penuh produktivitas hanya karena 'ingin menikah'. Tentang teman beliau yang menyembunyikan kekayaan keluarganya lalu menjadi seorang pimpinan di salah satu rumah sakit swasta ternama di Jogja. Termasuk cerita tentang dirinya yang memiliki target menulis buku di semester pertama, best seller di semester kedua, jadi pengusaha di semester ketiga, dan menikah di semester keempat. Semua meleset kecuali target tahun keempat. Semester pertama justru beliau menjadi seorang pengusaha, semester ketiga baru menulis buku dan langsung best seller [kalo tidak salah], tahun keempat pas tepat.

Orang yang sudah meniatkan diri meyempurnakan separuh agamanya, maka yang dia pikirkan adalah bagaimana agar bisa mewujudkan keinginannya untuk menikah itu. Karena seorang istri adalah sebuah amanah, maka dia akan bekerja semaksimal mungkin untuk mencukupi kebutuhan calon keluarga kecilnya. Dia akan belajar dan mencari prestasi-prestasi terbaik untuk membanggakan calon keluarga kecilnya. Dengan begitu, secara otomatis orang yang sudah memantapkan hati untuk segera menikah akan menjadi sosok yang lebih produktif.

Jatuh cinta memang fitrah bagi setiap manusia. Ketika kita jatuh cinta, bukan berarti kita bisa mengekspresikan cinta itu semau kita. Karena tempat mengekspresikan cinta hanyalah lewat sebuah ikatan suci, yang mengikat dua hati, dua keluarga, ikatan yang menghalalkan dari yang sebelumnya haram, bahkan bisa mengubah dosa menjadi pahala ketika ada hal-hal yang ter/dilarang sebelum terjadi ikatan dilakukan setelah menjalin ikatan, sehingga semuanya bisa mengantar kita untuk merasakan dan mencicipi nikmatnya surga. Maka ketika kita jatuh cinta kawan, rumuskan visi. Yakin bahwa ketika ada sosok yang indah hari ini, maka kita berharap akan ada sosok yang lebih indah setelah hari ini, sehingga kita harus memperbaiki diri lebih baik lagi.

Al-Qur'an surat An-nur ayat 26 dapat kita ambil sebuah hikmah luar biasa, bahwasanya wanita yang baik hanya untuk laki-laki yang baik, sedangkan wanita yang buruk juga untuk laki-laki yang buruk. Maka sudah jelas bagi kita jika ingin mendapatkan pasangan yang baik, usaha kita adalah memperbaiki diri kita.

Pelajaran berikutnya adalah pada dasarnya nama pasangan kita sudah tertulis di lauhul mahfudz. Tinggal kita mau menjemputnya dengan cara apa? Cara yang halal atau cara yang haram? Maka sekali lagi yakinlah kawan, jodoh tidak akan pernah tertukar, tulang rusuk mana yang bisa ditukar dengan tulang rusuk lain? Tugas kita adalah memperbaiki diri kita. Karena tiap-tiap manusia tentu menginginkan pasangan yang sholeh[ah] dan menyholehkan. So, do the best to get the best!

Kajian yang singkat untuk sebuah tema menarik bagi para pemuda yang sedang mencari jalan kebenaran. Kesempatan bertanya juga terlewatkan, namun tak apalah mungkin suatu saat bisa terjawab pertanyaan-pertanyaan itu lewat forum dan pemateri yang lain.

Usai acara, Ustadz Salim A Fillah berjalan menyalami satu per satu peserta kajian. Sebuah hal yang sangat jarang dilakukan oleh seorang pembicara. Kemudian aku mengetahui ada Teman-nya temanku mengatakan sesuatu kepada beliau saat berjabat tangan. "Ustadz, ane rencana menikah semester 7, insya Allah. Sekarang ane sudah semester 5, kurang lebih 1 tahun lagi Ustadz..." Kemudian beliau tersenyum dan menjawab, "Oh ya? Barokalloh...." Aku pun mengamini doa yang diucapkan beliau dan ikut berdoa juga, "Barokalloh..." ^^

Sebuah perjalanan yang semoga menginspirasi perjalanan-perjalanan berikutnya untuk diriku pribadi dan orang lain nantinya. Mari kita belajar dari pelajaran Ali dan Fatimah. Yang keduanya bisa menjaga hati walaupun sebenarnya sebuah rasa cinta sudah dimunculkan di hati keduanya oleh Allah sebelum mereka menikah. Hingga akhirnya mereka baru tahu bahwa mereka saling mencintai setelah mereka sudah memiliki ikatan suci bernama pernikahan. [paragraf ini untuk yang lagi galau]



kesimpulannya: Menikah? Siapa takut! ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates