Social Icons

Rabu, 01 Februari 2012

Tentang Rencana DIA

Skenario Allah memang sungguh unik. Tak ada yang bisa menebak bagaimana alur yang telah direncanakan Allah kepada hamba-nya. Terkadang skenario itu terasa begitu berat dan menyakitkan. Terkadang terasa sungguh menyiksa. Terkadang pula terasa sangat mudah dan membuat kita tersenyum bahagia. Sekali lagi tak ada yang bisa menebak apa yang dia rencanakan untuk hamba-Nya. Hanya satu yang bisa ditebak, "Rencana Allah Selalu Indah".

*****

"Kamu ini kenapa sih dek? Dia itu pria yang baik. Mengapa engkau menolaknya?" tanya Indah kepada adiknya, Ita.
"Ndak tau mbak, masih belum sreg aja." jawab Ita polos.
"Kamu itu memang susah dek..." sahut Indah sambil pergi meninggalkan adiknya sendiri di kamar 3x3 itu.

Ita merenungi apa yang tadi sore dia alami dan keputusan apa yang dia ambil. Sore tadi ada seorang pria yang menyatakan cinta kepadanya, Bagus, seorang sopir di sebuah pabrik. Namun Ita menolaknya begitu saja, padahal Bagus sudah menunggu di depan pintu pabrik sabun tempat dia bekerja berjam-jam. Dia memandangi lampu kamarnya yang redup, dan mengadu kepada Tuhannya. Walaupun dia masih belum terlalu paham bagaimana cara mengadu yang tepat. Ita memang tidak terlalu paham dengan agama yang sekarang dia yakini, yang dia tahu hatinya bergetar dan kemudian membimbing bibirnya bergeming mengucap asma Allah yang biasa dia dengar di surau dekat rumahnya.

Beberapa bulan berlalu. Bagus datang lagi ke Ita dengan segenap keyakinan yang telah dibangunnya kembali untuk mendapatkan hati gadis pujaannya itu. Dia memakai hem lengan pendek dengan celana jeans yang sudah sedikit lusuh warnanya. Jam tangan tua melingkar di tangannya yang gelap. Dia mengajak Ita untuk minum es degan di dekat pabrik tempat mereka bekerja. Setelah sekian lama terdiam membisu berdua, akhirnya Bagus memulai pembicaraan dengan Ita.

"Ta, apa kamu sudah punya pacar?" tanyanya halus.
"Belum." Jawab Ita singkat.
"Lalu, ......." tiba-tiba Bagus kik-kuk, bingung mau berkata apa.
"Apa Gus?" tanya Ita polos.
"Kenapa kamu dulu tidak mau menerimaku?" lanjut Bagus memberanikan diri.
"Ndak tau." kata Ita
"Oke, sekarang a a paa... ka ka mu u mau me me nerimaa cinta ku?" tanya Bagus dengan lidah yang sangat kaku
"......." Ita memandang Bagus
Bagus hanya tertunduk lesu, seakan tenaga ntuk mengatakan cintanya tadi jauh lebih berat dari benda-benda besar yang diangkat truknya setiap hari.
"Maaf Gus, aku ndak bisa." kata Ita perlahan.

Tiba-tiba dua daun kering jatuh di hadapan Bagus. Dia menatap pekat daun itu. Hatinya remuk, namun tetap berusaha menghibur sekuat tenaga, "Mungkin bukan dia yang dijodohkan Allah kepadaku. Namun, kenapa perasaan dan firasatku begitu kuat kepadanya? Begitu juga firasat mbak Indah dan teman-teman pabrik lainnya. Wallohua'lam..." Kemudian Bagus mangajak Ita untuk segera pulang. Berjalan berdua beriringan, namun bagi Bagus tetap saja merasa seperti ada tembok besar panjang yang menghalangi di antara keduanya.

*****

Suatu pagi ketika berangkat kerja, bagus bertemu dengan Indah. Mereka berbincang singkat dan kemudian langsung berpisah. Indah memberikan saran kepada Bagus untuk langsung melamar saja si Ita, agar Ita tidak meragukan lagi cinta Bagus kepadanya. Bagus pun menyanggupinya. Dia berniat menemui Ita sore itu juga.

"Ta, walaupun kamu sudah mengatakan tidak 2 kali kepadaku, aku masih ingin mengatakan hal ini kepadamu." Bagus memulai percakapan di warung es degan tempat mereka bertemu beberapa waktu yang lalu.
"Aku ndak bisa Gus... ndak tau kenapa?" jawab Ita sambil menunduk
"Pertanyaannya kenapa kamu gak bisa Ta? Oke, kali ini aku ingin melamarmu menjadi istriku." lanjut Bagus serius.
Bagai tersambar petir, Ita tersentak mendengar perkataan Bagus barusan hingga gelas nya hampir saja jatuh.
"Aku ingin menggenapkan separuh agamaku Ta. Aku ingin menemukan tulang rusukku. Aku ingin... " belum selesai Bagus melanjutkan usahanya untuk berbicara... Ita memotong.
"Iya...aku mau." jawab Ita singkat. Air matanya sudah berada di pelupuk mata. Hampir saja membanjiri pipinya. Dia masih tidak tahu apa yang dia lakukan sekarang. jawaban iya darinya bukanlah sebuah jawaban yang dia harapkan akan keluar, namun entah kenapa hanya jawaban itu yang ada di dalam pikirannya setelah mendengar perkataan Bagus tentang separuh agama, tulang rusuk, dan lain sebagainya.
"Sungguh?" tanya Bagus tak percaya.
Ita mengangguk perlahan.

*****

Hari-hari menjelang pernikahan, Bagus dan Ita sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang ada. Berkas-berkas yang dibawa ke KUA, prosedur yang harus dijalani, persiapan walimah, dan lain sebagainya. Bagus dan Ita pergi ke KUA untuk mengurus berkas-berkasnya. Setelah mendapatkan beberapa pertanyaan kemudian mereka dipersilakan untuk pulang.

Hari-hari bahagia bagi Bagus. Perjuangannya selama ini telah membuahkan hasil. Dia menjalani aktivitasnya dengan penuh semangat, kali ini dengan semangat yang berbeda karena lembaran hidup yang baru sudah menantinya. Dia berencana mengajak pulang Ita ke rumahnya setelah mereka bekerja. Dia ingin lebih mendekatkan orang tua dan adik-adiknya kepada Ita, calon istrinya. Setelah mereka menyelesaikan tugasnya masing-masing di pabriknya mereka bergegas pergi ke terminal. Rumah Bagus 3 jam perjalanan dari rumah Ita, cukup jauh sehingga mereka harus naik bus. Sampai di rumah, Bagus dan Ita segera bersalaman dengan orang tua Bagus. Tak lama berbincang dengan calom mertuanya, Ita izin pergi ke kamar untuk menaruh barang-barang bawaanya. Bagus mengantarnya ke kamarnya. Tak ada kamar lain memang di rumah Bagus yang masih kosong. Semua kamar sudah penuh, sehingga Bagus harus mempersilakan Ita untuk menempati kamarnya. Mereka duduk di atas tempat tidur, karena memang kamar Bagus tidak cukup luas, hanya cukup diisi satu dipan dan satu lemari. Mereka berbincang dan entah angin apa yang membuat mereka merasakan kantuk yang sangat luar biasa, hingga akhirnya mereka tertidur.

Hingga ayam-ayam mulai berkokok, surau-surau mulai mengumandangkan puji-pujian. Bagus terbangun dan melihat Ita masih tertidur pulas. Mungkin masih capek. Dia menginggalkan Ita pergi ke surau. Dia ersimpuh di hadapan Allah dengan segenap rasa syukur yang memenuhi ruangan di dadanya. Akhirnya orang yang selama ini dia tunggu-tunggu mau menerima lamarannya. Walaupun sudah 2 kali dia tertolak.

*****

Ita kebingungan ketika mendapat surat dari KUA. Berkas-berkas yang telah mereka urus sudah jadi, namun ada yang menggoncangkan hati Ita. Dia membaca di dalam berkas itu ada tulisan yang menyatakan bahwa dia hamil. Dia mengingat-ingat, adakah yang salah dari jawaban-jawaban dia dulu. Mungkin ini karena ketidaktahuannya, karena keluguannya, dia bukan orang yang pandai, hanya seorang buruh pabrik. Bahkan, mengenal Tuhannya saja dia masih kesusahan. Tak lama, surat-surat itu berpindah ke tangan Bagus. Tidak kalah kagetnya dia ketika mengetahui sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa calon istrinya telah hamil. Hatinya benar-benar hancur. Dia pergi meninggalkan Ita sendiri yang masih kebingungan hingga Ita tak kuasa lagi menahan isak tangisnya. Ita hanya bisa melihat Bagus berjalan pergi meninggalkannya perlahan. Tak ada yang bisa diperbuatnya kecuali menangis. Dia memikirkan bagaimana nasib keluarganya nanti. Undangan sudah tersebar, namun apa kata para tetangga dan orang yang diundang ketika mereka tahu pernikahannya dibatalkan karena Ita hamil. Semakin deras saja air mata Ita yang mengalir.

*****

Langkah Bagus gontai, dia benar-benar tersulut amarah yang luar biasa. Dia tidak habis pikr kenapa Ita tega membohonginya. Dia menerka-nerka, mungkin ini yang membuat dia tiba-tiba menerimanya setelah dua kali menolaknya. Dia menerimanya karena dia tidak mau anak dalam kandungannya tidak memiliki seorang bapak. Setan terus membisiskkan api-api di dalam hati dan terus mengalir panas dalam nadinya. Dia semakin merasa dunia ini pecah belah saat bapaknya juga menyalahkan.

"Bagaimana bisa hal itu tidak mungkin? Lha ketika di rumah saja kalian sudah berani tidur berdua di kamar? Padahal dia belum menjadi istrimu, sengaja bapak dan ibu dulu diam untuk menjaga hati kalian." 
"Tapi kami tidak melakukan apapun Pak, kami hanya capek lalu ketiduran."
".........."

Bagus hanya bisa meratap dan mengadukan semua keluhannya kepada sang Rabb, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Adil, Yang Maha Segalanya. Memang sebuah obat mujarab ketika seorang hamba sedang ditimpa masalah/cobaanadalah hanya menyandarkan harapan kepada Rabbnya, bukan kepada makhluk lainnya. Dia tidak tahu apakah dia akan melanjutkan pernikahan ini atau tidak. Dia terlelap setelah menyungkurkan wajahnya dalam sholat tahajud dan sholat istikharahnya.

Di tempat lain, Ita segera menelusuri ada dimana letak kesalahannya. Dia baru teringat saat petugas bertanya kepadanya sudah terlambat datang bulan berapa lama, namun dia menjawab dengan santai sekian hari, karena memang pada waktu itu dia memang sedang terlambat datang bulan. Dia sempat merasa aneh dengan pertanyaan itu, namun dia segera teringat cerita teman-temannya yang mengatakan bahwa terkadang petugas itu suka bertanya hal yang aneh-aneh. Ita bertanya kepada petugas dan petugas itu mengatakan surat dokter yang dia terima memang menyatakan bahawa Ita sedang hamil. Maka bergegas Ita melangkahkan kaki ke tempat dokter dimana dia periksa kesehatan. Disana dia menanyakan hasil dan ternyata dokter tersbut salah memberikan hasil di surat keterangan Ita. Secercah cahaya sudah muncul. Ita senang ternyata hasilnya salah. Namun, dia bingung apakah Bagus masih mau kembali bersamanya? Ita sangat lugu, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia berpikir Bagus tidak akan terima apapun alasannya, bahkan Ita berpikir mungkin Bagus tidak akan kembali menjemputnya lagi.

*****

Keesokan harinya pintu rumahnya diketuk oleh seseorang. Terdengar salam dari luar, suaranya tidak asing lagi bagi orang-orang di rumah Ita. Ya, Bagus datang kembali ke rumah Ita. Senyum Ita mengembang, tak menyangka pemuda itu masih saja tegar datang kembali ke rumahnya setekah ada badai yang menrjang. Perlahan hati Ita bersyukur, hati Ita benar-benar telah luluh, kini dia berdoa dalam hati, semoga orang ini adalah orang yang tepat. Orang yang dikirim Allah untuk menjadikan dia kenal dengan Tuhannya, menjadikan dia pahamakan agamanya, menjadikan keluarga dan anak-anak yang sholeh untuknya.

"Ita, aku ingin mengajakmu ke KUA lagi sekarang. Aku masih belum yakin dengan tulisan kemarin. Mungkin ada yang salah." Kata Bagus memulai pembicaraan.
"Tidak perlu..." jawab Ita singkat.
"Kenapa?" Tanya Bagus penasaran.
"Aku sudah tahu jawabannya, lebih baik kita langsung ke tempat dokter dimana aku periksa saja." kata Ita
"oke, ayo.." sahut Bagus.

Sesampainya di tempat praktek dokter, Bagus dijelaskan oleh sang Dokter bahwa kemarin murni kesalahan dia. Sang dokter mengatakan bahwa Ita sebenarnya tidak hamil. Jika memang Ita ini hamil, sang dokter bersedia dituntut karena telah memberikan keterangan palsu.

Senyum Bagus terkembang, semangatnya kembali lagi. Sesegera mungkin dia menghubungi orang tuanya untuk memberitahukan kabar bahagia ini. Tak kalah senangnya Ita. Dia benar-benar merasa nyaman dengan kehadiran Bagus. Ketegaran dalam menanti dan kelapangan dada Bagus benar-benar telah membuat hati Ita lemas, sehingga tak ada kata lain selain ikhlas untuk menerima pinangan dari Bagus.

*****


Di ujung jalan, di bawah pepohonan di samping rumah baru mereka di desa, Bagus dan Ita mengingat masa lalu mereka. Bersyukur betapa hebat rencana Allah. Kini mereka telah dikaruniai 2 orang anak. Sebuah perjalanan cinta yang cukup mengesankan. Mereka mengingat cerita ini ketika salah seorang anak mereka bertanya, "Bagaimana masa-masa pacaran Ibu dan Bapak?"

"PACARAN???" No, tidak ada pacaran dulu. Bagus dan Ita langsung menikah tanpa ada proses pacaran sebelumnya. Sebuah jalan kebenaran yang mungkin diberikan khusus oleh Allah kepada Ita yang memang masih belum paham secara dalam agamanya pada waktu itu. Dan kepada Bagus sehingga dia bisa berada pada jalan yang benar lepas dari dia sudah paham atau belum pada waktu itu.

Lalu, kenapa masih banyak yang meragukan sebuah pernikahan tanpa proses pacaran sebelumnya? Padahal sudah jelas sangat banyak fakta yang membuktikan banyak juga pernikahan yang tidak langgeng walaupun mereka sudah pacaran bertahun-tahun sebelumnya. Apa yang mereka cari? Hati-hati pada jebakan batman, upss... jebakan nafsu belaka. Terutama dan lebih khusus bagi kita yang sudah paham, ini adalah pilihan. Pada dasarnya, jodoh kita sudah tertulis di lauhl mahfudz. Pilihannya ada di cara kita menjemput dia, mau cara yang diridhoi Allah atau tidak. Wallohua'lam bishshowab...

Sebuah cerpen terinspirasi dari kisah nyata, tak banyak yang diubah karena skenario yang dibuat Allah sudah sempurna, sesempurna manusia yang telah dia ciptakan untuk beribadah kepada-Nya. "Rencana Allah Selalu Indah"

**#####**

4 komentar:

  1. Sip :D

    tapi ijin kritik ya ... ada beberapa kalimat yang terlihat masih kaku menurutku.

    buat gambarnya? bagus banget :D

    BalasHapus
  2. iyooo....aq juga ngrasa....

    sok mben diedit... butuh inspirasi dulu... hahaha

    kisah nyata lo ituuu,..,,..., ^^b

    BalasHapus
  3. sip :)

    kisah nyata? sumpah? ih .. bagus :D, wah keren ya beliau yang ikhlas kisahnya sampean cerpenkan :D

    BalasHapus
  4. alhamdulillah... dapat cerita unik... gak dari novel atau film... asli dari sumbernya... ^^b

    BalasHapus

 
 
Blogger Templates